Demo GMBI Anarkis, Mantan Pembina Kesal dan Minta Maaf

Inspektur Jenderal Polisi (Purn) Dr H Anton Charliyan MPKN alias Abah Anton, mantan Kapolda Jawa Barat dan mantan Ketua Dewan Pembina GMBI mengaku kesal atas aksi anarkis GMBI. Dia meminta maaf kepada semua pihak
Inspektur Jenderal Polisi (Purn) Dr H Anton Charliyan MPKN alias Abah Anton, mantan Kapolda Jawa Barat dan mantan Ketua Dewan Pembina GMBI mengaku kesal atas aksi anarkis GMBI. Dia meminta maaf kepada semua pihak.
Indonesia Memilih

TASIKMALAYA, KompolmasTV Mantan Kapolda Jawa Barat, Inspektur Jenderal Polisi (Purn) Dr H Anton Charliyan MPKN, mengaku kesal atas demonstrasi anarkis GMBI, Kamis kemarin.

Kendati demikian, pria yang pernah satu dekade (2008-2018) menjadi ketua dewan penasehat Ormas tersebut memohon maaf kepada semua pihak, khususnya kepada institusi Polri dan Polda Jawa Barat.

Bacaan Lainnya
Banner 728309

“Apapun ceritanya, walaupun saya sudah berada di luar garis (bukan lagi anggota dan pembina GMBI-red) tapi pernah turut serta membentuk kader-kader militan GMBI, secara moril sebagai pribadi dan mantan pembina,

saya sampaikan permohonan maaf, khususnya kepada Polri dan Polda Jabar tempat saya mengabdi dulu,” tuturnya dalam jumpa pers di kediamannya, Jum’at (28/1) pagi.

Abah Anton, sapaan karibnya, mengetahui dari para kolega bahwa namanya sempat terseret-seret pasca demonstrasi anarkis massa Ormas GMBI di depan Mapolda Jawa Barat.

Dia disebut masih menjadi pembina Ormas tersebut. Padahal, sejak 2018 Abah Anton sudah keluar dari GMBI, baik sebagai pembina maupun anggota.

“Dulu saya memang aktif membina GMBI. Namun karena secara internal sudah tidak sesuai antara visi-misi GMBI dengan saya, maka tahun 2018 saya mengundurkan diri,” ujarnya.

Semenjak saat itu, papar Abah Anton, dirinya tidak pernah lagi satu kalipun ikut urusan Ormas GMBI, termasuk sekadar menghadiri rapat atau acara-acara silaturrahmi internal.

Menyoal demonstrasi anarkis di Mapolda Jawa Barat, dia mengaku sangat prihatin dan menyayangkan. Sebab dulu di bawah binaannya, jika ada aksi yang diperkirakan bakal berujung ricuh maka jajaran pengambil keputusan di DPP sepakat satu komando.

Yakni akan menarik mundur massa demi keselamatan bersama. Abah Anton menduga, sekarang prosedur internal GBMI tidak lagi demikian, tidak saling mengingatkan.

Soal aksi merusak, apalagi aksi menaiki patung Maung Lodaya di Mapolda adalah tidak etis dan bisa diartikan pelecehan terhadap lambang institusi negara.

Sebab, kata dia, meski hanya sebuah patung, tapi itu merupakan spirit dan kebanggan anggota Polri di wilayah Jawa Barat.

Mantan Kepala Divisi Humas Polri itu meminta, polisi jangan ragu melanjutkan proses hukum siapa saja oknum terlibat kericuhan di Mapolda Jawa Barat, karena setiap perbuatan harus dipertanggungjawabkan.

“Saya tidak akan membela siapapun yang salah, sekalipun di komunitas yang sekarang masih aktif saya bina,” tegasnya.

Abah Anton mendorong polisi menindak pelaku penghinaan lambang institusi, juga para perusak fasilitas umum dan fasilitas kepolisian.

“Apalagi yang menggunakan narkoba sesuai hasil tes urine pasca aksi. Pengunaan obat terlarang dan Narkoba sebetulnya merupakan pantangan keras yang masih tercatat di AD-ART GMBI,” ungkapnya.

Saat masih berada di bawah binaan Abah Anton, jangankan pakai Narkoba, hanya ketahuan minum minuman keras aaja bisa langsung dicabut keanggotaanya di GMBI.

“Saya hadir di GMBI saat itu kan agar GMBI bisa jadi wadah kader pemuda-pemudi yang cinta tanah air, bersih dari Miras dan Narkoba, mampu memperjuangkan hak-hak masyarakat kecil yang teraniaya,” kenangnya.

Aksi di depan Mapolda, menurut Abah Anton, sudah tidak sesuai slogan GMBI, yakni ‘NKRI Harga Mati, Merah Putih di Dadaku’.

Merusak aset negara, bahkan melawan polisi sebagai alat negara, sama saja melawan negara, padahal salah satu misi GMBI justru menjaga NKRI.

Bagi pihak-pihak yang masih berupaya memelintir statusnya di GMBI, Abah Anton mempersilakan mengonfirmasi DPP GMBI untuk kroscek.

“Ini bukan berarti saya mau menghindar dari tanggung jawab, tidak ada dalam kamus saya bersikap begitu. Dulu sewaktu GMBI bentrok dengan FPI, saya disudutkan sebagai pembina,

saya akui memang saat itu saya sebagai pembina. Tidak pernah saya ngeles atau menutup-nutupinya, apapun resikonya,” pungkasnya.

Sehari sebelumnya, lebih 725 orang massa Ormas GMBI diamankan polisi pasca demonstrasi yang berujung ricuh di halaman Mapolda Jawa Barat, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung.

Terdapat 301 orang di antaranya bertato, 24 residivis, dan seorang penunggang patung Maung Lodaya. Hingga Jum’at pagi, polisi masih menjalankan pemeriksaan, termasuk melakukan tes urin.[ken]

 

 

Sumber: indonesiajurnalis.com

Banner 728309

Pos terkait

Ekowisata Serunting - Wisata Bengkulu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *