Usai Kasus Suap, Unila Pamer Aib Akademik

Usai kasus suap, Unila pamer aib akademik
Usai kasus suap, Unila pamer aib akademik. [Foto: Ilustrasi opini jacob ereste]
Indonesia Memilih

Diskusi publik yang hendak digelar Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (BEM FEB) Universitas Lampung (Unila) dan Institut Teknologi Sumatera (Itera) di Auditorium Pascasarjana kampus itu pada 14 September 2023 dibatalkan sepihak oleh Pimpinan Unila.

Sehingga, acara diskusi bertajuk “Menatap Indonesia Maju : Tantangan Masa Depan Global dan Middle-Income Trap” ini harus diungsikan ke GSG Pahoman. Sungguh naif.

Bacaan Lainnya
Banner 728309

Oleh: Jacob Ereste

INSIDEN Bernuansa tragedi itupun menuai kecaman dan kritik keras dari berbagai kalangan, termasuk Direktur LBH Klasika Lampung yang menyebut penguasa di Unila adalah rezim tirani (rmollampung.id, 14 September 2023).

Rocky Gerung sendiri mengatakan mimbar akademis bukan milik pejabat rektor atau pejabat dekan, karena mimbar akademik milik siapapun yang berpikir waras dan sehat.

Kecuali itu, sikap melarang diskusi di kampus sangat naif, karena telah mengabaikan sekaligus menghina kaum intelektual yang menjadi semacam simbol kemuliaan masyarakat kampus.

Artinya, preseden buruk ini bukan saja sangat memalukan warga kampus pada umumnya, tetapi juga warga masyarakat sekitarnya yang sepatutnya bangga dengan keberadaan kampus sebagai simbol peradaban manusia yang selayaknya dapat mengendus masa depan lebih baik.

Preseden buruk ini telah menodai sejarah perjalanan peradaban di kampus yang selayaknya menjunjung tinggi kebebasan berekspresi, utamanya dalam berpikir dan merefleksikan diri guna menatap masa depan yang lebih baik dan lebih beradab.

Apalagi, temanya mengenai masalah ekonomi yang terus terasa menjadi beban bagi masyarakat.

Sikap BEM FEB Unila yang terap kekeh melaksanakan diskusi di tempat pengungsiannya —GSG Pahoman— patut dipuji serta terus dipantau, sebab biasanya akan mendapat tekanan dari pihak rektorat karena dianggap membandel atau sebagai pembangkangan yang tak hendak menyerah terhadap larangan.

Sikap kekeh ini pun, kelak akan abadi dalam catatan sejarah, seperti sikap arogan pihak penguasa kampus yang telah mengingkari nazab kampus sebagai tempat pertukaran serta pertengkaran pendapat secara ilmiah yang terbuka.

Padahal, idealnya pihak kampus Unila bisa menebus nama baiknya setelah tercemar oleh kasus suap yang sangat memalukan dan menjatuhkan pamor akademis perguruan tinggi yang semestinya menjunjung tinggi etika, moral dan akhlak mulia manusia terpelajar —yang dicerminkan segenap civitas akademika.

Sayang sekali kalau nama besar Kampus Unila tidak bisa dipulihkan oleh Prof Lusmeilia Afriani bersama Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Prof Nairobi yang justru dinyatakan oleh Rocky Gerung telah melanggar konstitusi.

Semestinya, acara bergengsi dan ilmiah itu bisa mengatrol nama besar Unila sebagai perguruan tinggi kebanggaan masyarakat Lampung yang sempat terpuruk oleh kasus suap yang memalukan.

Begitulah apesnya, setelah kasus suap, kini pimpinan Unila kembali pamer aib yang bernilai akademik. **

Baca selengkapnya di GOOGLE NEWS KompolmasTV

Banner 728309

Pos terkait

Ekowisata Serunting - Wisata Bengkulu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *