Konspirasi Hitam Para Bandar di Balik Investasi Ambisius Pulau Rempang

Sri Eko Sriyanto Galgendu
Sri Eko Sriyanto Galgendu.
Indonesia Memilih

Dugaan Konspirasi hitam di balik investasi super ambisius abad ini di Pulau Rempang, Kepulauan Riau (Kepri) makin lebar terkuak.

Kuping Presiden Joko Widodo pun dibisiki dentuman menggelegar soal bocoran telik sandi konspirasi investasi terselubung di pulau itu dan kewaspadaan nasional.

Bacaan Lainnya
Banner 728309

Oleh: Jacob Ereste

SURAT Terbuka Sri Eko Sriyanto Galgendu Kepada Presiden Joko Widodo, adalah untuk mengingatkan agar waspada terhadap konspirasi hitam di balik investasi di Pulau Rempang yang patut diduga sebagai invasi.

Karenanya, surat terbuka itu bersifat urgen dan mendesak untuk mendapat perhatian sesegera mungkin, sebelum semuanya terlanjur terlambat dan menjadi sesal berkepanjangan untuk ditanggung bangsa Indonesia di masa mendatang.

Rencana besar PT Makmur Elok Graha (MEG) membuat para bandar besar, menaruh curiga tentang kepentingan terselubung di balik investasi besar tersebut.

Akibatnya, benturan antara bandar tidak dapat terhindari, bukan karena disebabkan investasi, tetapi tentang konspirasi di balik investasi yang bersifat invasi itu.

Jadi masalah pokok di Pulau Rempang, kata Sri Eko —yang juga dia tulis dalam bentuk Surat Terbuka Kepada Presiden Joko Widodo— masalah pokoknya adalah konspirasi di balik investasi yang bersifat invasi tersebut.

Karenanya, perebutan menguasai jaringan penyelundupan internasional, narkoba dan perjudian, serta jaringan miras hingga tempat hiburan dan prostitusi, sungguh sangat menggiurkan bagi para investor untuk menanamkan modalnya di Pulau Rempang.

Surat terbuka berjudul “Telik Sandi Konspirasi Investasi Terselubung di Pulau Rempang dan Kewaspadaan Nasional” yang ditujukan Sri Eko kepada Presiden Joko Widodo dan seluruh Rakyat Indonesia, dibacakannya di hadapan wartawan serta dalam podcast 18 September 2023.

Inti dari isi surat terbuka itu adalah rasa keprihatinannya atas conflic of interest yang terjadi di Pulau Rempang yang berlarut-larut hingga kini.

Selain itu, sejak Presiden Joko Widodo keluarkan perintah Pulau Rempang segera dikosongkan paling lambat 28 September 2023, berseliweran statement para pejabat yang tidak pantas dan tidak patut dalam tutur katanya untuk menjadi konsumsi publik.

Bahkan ada pejabat yang tidak paham dengan duduk permasalahan sebenarnya, ikut nimbrung berbicara masalah di Pulau Rempang yang sesungguhnya tidak sesederhana itu.

Lebih runyam lagi, conflict of interest ini, telah membuat para pejabat dan aparat dijadikan alat adu domba pihak bandar-bandar besar yang sedang bertarung berebut kerajaan bisnis di Pulau Rempang.

Terjebaknya para pejabat dan aparat sebagai alat ini juga digunakan untuk kepentingan bandar besar yang lebih besar lagi di balik kamuflase bisnis itu.

“Jadi, sikap arogan hendak membolduser penduduk Kampung Tua di pulau itu tidak perlu terjadi. Karena memang tidak bijak dan tidak manusiawi,” imbuh Sri Eko.

Karena menurutnya, inti dari surat terbuka kepada presiden ini juga ingin menegaskan bahwa warga masyarakat Rempang tidak menolak investasi, tetapi menolak kepentingan silent invasi yang dibawa Tomy Winata dari China.

Telik Sandi ikut memantau Pulau Rempang yang sedang dilanda perebutan kekuasaan antara bandar yang telah lama berkuasa di wilayah Kepri dan sekitarnya dengan bandar besar baru yang ingin memperluas wilayah invasinya di Indonesia.

Dalam surat terbuka itu, Sri Eko menyebut, masuknya PT MEG sebagai anak perusahaan PT Artha Graha Network (AG Network) yang bekerjasama dengan Perusahaan Xinyi Glass Holding Ltd, untuk mendirikan pabrik kaca terbesar kedua di dunia, setelah yang ada di China, dan akan mengucurkan investasi Rp387 triliun.

Yang patut dicermati pula, ungkap Sri Eko, gairah perebutan kekuasaan bisnis di Batam dan sekitarnya, karena proyeksi strategis masa depan jika Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur itu kelak terwujud, maka posisi Kepri dengan titik sentral di Pulau Rempang akan memiliki nilai bisnis sekaligus politis.

Dan posisi Kepri sendiri relatif dekat dengan Laut China Selatan yang telah berulang kali dipersengketakan,” ulasnya.

Pembacaan surat terbuka yang langsung disampaikan Koordinator Presidium Forum Negarawan di hadapan sejumlah wartawan ini, pun ditayangkan luas melalui podcast dengan kalimat pembuka menyitir pepatah lama, “perkelahian dua ekor gajah telah membuat pelanduk mati di tengah pertarungan seru itu,” kata lelaki asal Solo yang juga menjabat Ketua Umum Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia (GMRI) ini, dengan gaya teatrikal cukup dramatis dan puitis.

“Konspirasi investasi terselubung ini yang perlu diwaspadai. Maka itu, pemerintah mesti waspada dan hati-hati,” tandas Sri Eko lewat surat terbukanya.

Atas dasar keprihatinan dan kecemasan itulah, dia merasa perlu dan merasa wajib menyampaikan secara terbuka kepada presiden.

Pengusaha kuliner di kawasan Jakarta Pusat ini memandang, kecenderungan para bandar memang dapat dipastikan akan selalu mengatasnamakan kepentingan rakyat, karena memiliki posisi strategis untuk digunakan sebagai bemper atau bantalan. **

Baca selengkapnya di GOOGLE NEWS KompolmasTV

Banner 728309

Pos terkait

Ekowisata Serunting - Wisata Bengkulu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *