Dor! Dalang Pembantaian Kaum Muslim Tewas Seketika

Sophia, penghubung CIA yang membantu kesuksesan misi pembunuhan terhadap Jenderal Pastoria - Sniper 2012
Sophia, penghubung CIA yang membantu kesuksesan misi pembunuhan terhadap Jenderal Pastoria - Sniper 2012.
Indonesia Memilih

SEBUTIR Proyektil melesat kencang membobol dada Pastoria hingga tembus ke punggung. Seketika pria ganteng yang baru sembuh dari penyakit kudis menahun itu terjungkal di hadapan para pengawalnya.

Dalang pembantaian kaum muslim itu pun diduga tewas seketika. Suasana lengang di depan gedung Kementerian Pertahanan (Kemenhan) pada jam 06.30 pagi itu sontak berubah kacau-balau.

Bacaan Lainnya
Banner 728309

Belasan pengawal Pastoria dan petugas keamanan menggeram, pandangan mereka nanar mengamati beberapa gedung bertingkat di sekitar kantor Kemenhan, mencari petunjuk arah tembakan tunggal tersebut berasal.

Tiba-tiba seorang pria mengenakan uniform lapangan dengan tiga bintang di topinya —semula bertugas menyambut kedatangan Pastoria untuk ngantor— mengacungkan telunjuk searah jam 10 dari posisi korban terkapar bersimbah darah.

Seketika, senapan mesin di atas dua mobil jeep regu pengawal memuntahkan ratusan munisi ke arah lantai lima sebuah kantor bank, tempat mengendap penembak runduk yang baru saja mengeksekusi Pastoria.

Sang Letnan Jenderal bergegas mencabut pistol dari pinggangnya, meletuskan satu peluru ke udara sembari meneriakkan perintah blokade jalur keluar-masuk kantor bank tersebut.

Informasi terhimpun di TKP, ratusan serdadu dan puluhan kendaraan tempur (Ranpur) berbagai tipe berseliweran menyapu semua sudut sekitar TKP sambil merangsek mendekati posisi terakhir terduga pelaku terlihat.

Semua pengguna jalan dicegat dan digeledah, seluruh jalan tikus dan bahkan perlintasan jin di-sweepping ratusan infanteri yang di-backup polisi dan kavaleri bersenjata berat.

Target mereka hanya satu, segera menangkap hidup atau mati pelaku penembakan yang belum diketahui wujud asli dan jumlahnya tersebut.

Pasca tim medis yang berjuang menyelamatkan nyawa Pastoria mengonfirmasi kegagalan mereka, mobilisasi para tentara mengunci akses TKP makin gencar dan diperketat. Polisi ikut dikerahkan.

Sementara itu, dua sosok pria berpakaian sipil membawa ransel kecil berkamuflase di tengah kepanikan warga sipil lainnya.

Mereka bergegas menjauhi lokasi penembakan, mengendap-endap menghindari pemeriksaan petugas, dan akan memasuki sebuah gereja.

Sayangnya, puluhan tentara dan polisi sudah berjaga-jaga di depan gereja tersebut. Mereka balik kanan, menyelinap ke sebuah kendaraan penumpang umum yang tengah beroperasi santuy.

Tapi apes, dalam perjalanan tersebut seorang polisi lalu lintas (Polantas) mencurigai kendaraan umum yang mereka tumpangi, lalu menghampiri.

Mirip adegan film laga, polisi tersebut dihajar hingga kelojotan, kendaraan umum dibajak dan aksi kejar-kejaran diwarnai hujan peluru pun tak terelakkan.

Dua pria target pengejaran mulai terpojok, mereka memilih lari berpencar meninggalkan kendaraan umum hasil pembajakan, menyusuri trotoar kiri dan kanan jalan.

Tanpa diduga sebelumnya, seorang pria target mendadak meletakkan pistol dan mengangkat kedua tangannya ke belakang kepala, lalu tiarap di atas trotoar pertanda menyerah.

Beberapa tentara dan polisi langsung mengamankannya. Pria berkepala plontos, berkulit gelap, dan berbibir memble itu dipukuli, lalu diseret ke atas truk tentara.

Satu pria target lainnya berhasil lolos dan sempat heran sekaligus geram menyaksikan perangai nekat temannya.

Pria berperawakan bule itu memutuskan meninggalkan arena berkecamuk tersebut seorang diri, menuju sebuah tempat persembunyian guna isi ulang energi dan menemui seorang kolega.

Sementara itu, pria berkepala plontos yang tertangkap terus menjalani sesi interogasi berat ala militer di sebuah penjara bawah tanah, hingga bibir dan hidungnya semakin mekar akibat tonjokan para serdadu.

Dengan tangan terborgol, dia sesekali terlihat membuka mulut, tapi hanya untuk mengekspresikan rasa sakit, bukan mengeluarkan kalimat yang diinginkan pihak militer.

Setelah dianggap rongsokan tak berguna, pria ini dijebloskan ke dalam sel, bergabung dengan belasan lusin tahanan lainnya.

Di tempat inilah dia menemukan seorang tahanan ekslusif yang harus dibawa kabur bersamanya suatu hari kelak.

 

Sophia dan Upin Ipin

Pembunuhan Pastoria tak hanya dilakoni dua pria tadi. Seorang gadis oriental berparas jelita dan rajin menabung bernama Sophia, dikabarkan juga terlibat sebagai pengumpul informasi dan pembuka akses wilayah teritorial Pastoria.

Yatim piatu ini memiliki dua kakak kandung. Sebut saja namanya Upin dan Ipin, turut berperan sebagai perisai martir kalau situasi pra atau pasca eksekusi menjadi genting.

Setelah berhasil lolos dari kepungan ratusan prajurit dekat kantor Kemenhan, salah satu terduga eksekutor Pastoria berhasil menemui Sophia di kediamannya.

Malam itu juga, mereka berdua menyelinap masuk ruang bawah tanah di sebuah warung kopi. Di situ, Sophia menunjukkan tumpukan senjata klasik peninggalan Perang Dunia (PD) II, termasuk milik ayahnya yang terbunuh beberapa tahun lalu.

Saat pilah-pilih senjata untuk misi membebaskan Si Plontos James Cold, Upin dan Ipin muncul membawa kabar bahwa seluruh tahanan ekslusif di penjara bawah tanah milik Serbia akan dimutasi ke sebuah benteng peninggalan Bani Utsmaniyah sejak era Perang Balkan.

Mendengar hal itu, Thomas Becket mulai atur strategi. Sniper legendaris US Navy SEAL ini berencana membebaskan James Cold saat kendaraan tahanan berkonvoi menuju benteng keesokan harinya.

James Cold adalah bekas gunner (penembak) ulung pecatan US Army yang batal menjalani eksekusi mati di negaranya karena dibarter dengan dua tugas negara sekaligus.

Yakni mendampingi Thomas Becket sebagai sniper pengintai dalam misi menghabisi Pastoria, dan misi —tidak diketahui Becket— membebaskan orang penting di penjara bawah tanah Serbia.

Dalam film berjudul Sniper 2012 ini, Pastoria adalah seorang jenderal Serbia yang diklaim sebagai penjahat perang paling dicari North Atlantic Treaty Organization (NATO).

Diduga kuat, dialah dalang di balik pembantaian ribuan muslim Albania selama Perang Kosovo berkecamuk pada 1998-1999 silam.

Jenderal Pastoria meregang nyawa di depan kantor Kemenhan Serbia setelah ditembak James Becket dari jarak 872 meter.

Kesuksesan misi membunuh Pastoria tidak terlepas dari arahan Central Intelligence Agency (CIA) dan informasi akurat Sophia kepada Becket dan Cold sejak awal film.

Bagian seru film yang dibintangi para pesohor Hollywood ini sebenarnya baru akan dimulai saat misi pembebasan Cold yang memantik pihak Serbia mengerahkan seorang sniper senior untuk berduel dengan Becket.

Campur tangan sniper Serbia membuat akhir kisah dalam film ini sangat berantakan, hampir semua pemeran tewas, kecuali sutradara, produser, para penonton dan penulis sendiri.[cen]

 

 

Sniper 2021 adalah film fiksi berlatar belakang konflik multikultur pasca Perang Kosovo.

Seorang rekan penulis yang pernah bertugas di Kosovo sebagai reporter sebuah stasiun televisi berbasis di Qatar, membenarkan bahwa pembantaian massal kaum muslim di kawasan itu memang nyata terjadi.

Salam satu laras..!

Banner 728309

Pos terkait

Ekowisata Serunting - Wisata Bengkulu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *