BENGKULU SELATAN | KompolmasTV — Makin tidak bersahabatnya Sungai Air Nipis di Kabupaten Bengkulu Selatan Provinsi Bengkulu, tak hanya membuat masyarakat sekitar aliran sungai was-was.
Namun sudah sampai pada merusak infrastruktur vital di kawasan tersebut, seperti jebolnya sebagian bendungan saat Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera VII melaksanakan perehaban.
Akibatnya, ratusan hektar sawah alami kekeringan, meruginya para pekolam air deras hingga miliaran rupiah, dan belasan rumah warga Desa Palak Bengkerung terancam terseret banjir bandang.
“Anehnya, banjir bandang sering terjadi hanya beberapa menit setelah hujan deras di perhuluan sungai. Seakan-akan air hujan itu tak betah bertahan di hulu, ada apa?” selidik Iksanudin saat dihubungi KompolmasTV, Minggu (11/7/2021) pagi.
Pria yang dibesarkan di muara Sungai Air Nipis ini menceritakan, semasa kecilnya bahkan kurang dari 10 tahun lalu, kondisi sungai ini tidak demikian. Banjir bandang baru akan terjadi saat hujan deras di musim penghujan.
“Sekarang, di musim kemarau ketinggian air cuma sejengkal. Hujan sekali saja, langsung naik 2-3 meter. Makin sering pula, aneh jadinya,” ungkap pemilik akun youtube Ichang Ho yang sehari sebelumnya mengunggah video banjir bandang tersebut.
Iksan tak menampik, pembalakan liar di kawasan hutan lindung menjadi salah satu biang masalahnya. “Bisa jadi, memang benar hutan kita sudah makin rusak. Nanti kita sama-sama cek ke sana,” tutupnya.
Pantauan KompolmasTV, fenomena aneh tidak hanya terjadi di Sungai Air Nipis. Tapi juga terjadi di Sungai Bengkenang dan Air Nelengau yang memiliki sumber air sama.
Tak bisa dipungkiri, illegal logging di kawasan hutan lindung memang pernah ditertibkan. Namun kini marak kembali, cukong-cukong memperalat oknum warga sekitar hutan sebagai pekerja dan buruh angkut.
Dua organisasi perintis Ekowisata Sepit Kancing dan Arung Jeram Batu Balai melaporkan, belasan sepeda motor ‘rempang’ pengangkut kayu olahan keluar dari arah hutan sekitar Sepit Kancing dan Suban, setiap hari.
Setiba di jalan raya terdekat, dua mobil pickup siap mengangkut kayu-kayu tersebut ke arah ibukota kabupaten. Biasanya, tansit sebentar di Desa Darat Sawah, Kecamatan Seginim.
Redaksi sudah mengantongi dua nama valid yang diduga berperan sebagai cukong dan koordinator lapangan. C*lakanya, salah satu di antara mereka adalah oknum pejabat berkompeten di bidang pelestarian hutan.
Hingga menjelang berita ini ditayangkan, kedua predator hutan lindung tersebut dan pihak-pihak berkompeten lainnya masih dalam upaya dikonfirmasi.[cen]