Sempat Dikira Penculik, Jatidiri Perempuan Ini Diungkap Keluarga

Sempat dikira penculik, jatidiri perempuan ini diungkap keluarga
Sempat dikira penculik, jatidiri perempuan ini diungkap keluarga. [Foto: Amrina Rosida memberikan keterangan pers di kediamannya]
Indonesia Memilih

SETELAH Tanpa sengaja picu gaduh kecil dunia pendidikan karena kedatangannya ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) 12 Parittiga, Bangka Barat disambut reaksi kurang wajar, sosok Rahima diungkap pihak keluarga yang bermukim tidak begitu jauh dari sekolah itu.

Hasil penelusuran KompolmasTV, Rahima alias Mutia alias Imut ternyata tidak begitu dikenal pihak keluarga kecuali semasa kecilnya dahulu.

Bacaan Lainnya
Banner 728309

Amrina Rosida, warga RT 10, Desa Teluk Limau, Parittiga, Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung (Babel) saat ditemui di kediamannya membuka sebagian jatidiri Rahima.

Dia menyebutkan, Rahima kini tinggal di Kelurahan Air Abik, Kota Pangkalpinang, Babel, dan bekerja sebagai sales sebuah perusahaan es krim.

“Awalnya kami belum tahu siapa panggilan Imut ini. Nah, berceritalah ke keluarga di sini, kami kenal sama neneknya dan ibunya bernama Muna,” ungkapnya, Rabu (1/2) pagi.

Rohima Kecil, kata Amrina, tinggal di Teluk Limau karena ibunya adalah seorang guru di SDN 80, kini berubah jadi SDN 17.

“Waktu itu dia masih kecil, jadi setelah besar ini baru lah ingat (sempat terlupakan-red). Keluarga ibunya (Muna-red) banyak di Teluk Limau ini,” paparnya.

Hal demikian, lanjut Amrina, karena kini tempat tinggal mereka terpisah jarak lumayan jauh sehingga jarang bertemu.

“Kami kenal semua dengan nenek dan ibunya. Entah kenapa kemarin beredar foto keluarga kami itu di facebook. Saya sempat komen minta tolong dihentikan,” bebernya.

Mengetahui situasi kurang beres itu, Amrina mengaku langsung menghubungi keluarga di Pangkalpinang untuk berkoordinasi.

Dari situ dia mengetahui bahwa Rahima bekerja sebagai sales sebuah perusahaan es krim yang sedang ditugaskan menawarkan giat lomba mewarnai di beberapa PAUD dan SD di Parittiga.

“Itupun legalitas perizinannya ada dan sudah diizinkan dinas terkait,” imbuhnya.

Amrina berharap, para pengguna facebook berhenti mengunggah foto Rahima kecuali untuk tujuan positif bagi semua pihak.

Kepada pihak-pihak yang terlanjur mengunggah, dia meminta bersedia menghapusnya.

Dikonfirmasi terpisah, Rahima membenarkan dirinya pernah berdomisili di Desa Teluk Limau dan punya banyak keluarga di desa pesisir pantai itu.

Dia menyesalkan pengunggah pertama yang menyandingkan foto dirinya dengan salah satu dari sembilan terduga penculik anak yang telah tersebar luas sejak beberapa bulan lalu.

Informasi terhimpun KompolmasTV, prasangka berlebihan oknum tenaga pendidikan di SDN 12 Parittiga diklaim terpicu gelagat mencurigakan pihak tamu itu sendiri.

Sumber internal SDN 12 mengabarkan, saat itu sedang hujan, Rahima berbusana serba hitam mengendarai sepeda motor metik warna hitam masuk ke area sekolah.

Dengan menenteng beberapa tropi, dia mulai menemui beberapa guru/staf untuk menawarkan kegiatan lomba mewarnai gambar.

Sumber menjelaskan, Rahima sempat kebingungan saat salah seorang staf memintanya menunjukkan kartu idenditas, surat tugas dan legalitas terkait sesuatu yang sedang ditawarkan.

Berdalih administrasi yang diminta itu tertinggal di sekolah yang ia kunjungi sebelumnya, Rahima bergegas hengkang untuk mengambilnya.

Sayangnya, Rahima tak kunjung kembali ke SDN 12 untuk melanjutkan penawaran kerjasama atau sekadar menunjukkan kelengkapan administrasi yang diminta.

Diduga, hal itu yang memotivasi oknum tertentu di internal SDN 12 mengunggah foto perempuan itu ke dalam grup WhatsApp milik sekolah yang beranggotakan guru-guru dan para orangtua murid.

Kebetulan, saat masih berada di ruang perpustakaan, salah satu staf berhasil memotret Rahima.

Hingga kini belum diketahui siapa yang mengomando atau atas inisiatif pribadi, foto itu diunggah ke grup WhatsApp sembari dicocokkan dengan foto salah satu terduga penculik anak yang beredar di media sosial.

Faktanya, unggahan foto itu membuat segenap anggota grup panik. Beberapa orangtua murid bergegas menjemput anaknya dari sekolah pagi itu, Senin (30/1) lalu.

Klarifikasi disampaikan Rahima saat situasi panik sudah terlanjur berkembang makin luas dan polisi turun tangan.

 

Tidak Perlu Intimidasi

PERDAMAIAN antara Rahima dan manajemen SDN 12 Parittiga memang sudah dicapai, aparat kepolisian dan instansi terkait berperan aktif meredakan kesalahpahaman kedua belah pihak.

Sayangnya, belum semua pihak menurunkan egonya. Di media sosial facebook, oknum mengaku keluarga Rahima diduga meninggikan tensi desakannya terhadap pengunggah foto.

Oknum tersebut memaksa foto segera dihapus, disertai ancaman akan memperkarakan ke ranah hukum kalau tidak diindahkan.

Tekanan serupa juga diduga ditujukan kepada media legal dinahkodai Wakil Ketua Umum (Waketum) DPP IMO-Indonesia yang memublikasikan berita gaduh dipicu kecerobohan Rahima disambut kekhawatiran berlebihan SDN 12 tersebut.

Tidak tanggung-tanggung, desakan itu mengarah ke tindak penghapusan berita yang sangat jelas bertantangan dengan Pasal 4 Ayat (2) UU 40/1999 tetang Pers yang berbunyi :

“Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelarangan penyiaran”

Kendati demikian, redaksi media tersebut tetap berprasangka positif dengan memberikan hak koreksi pada foto utama, yakni mengarsir sebagian wajah Rahima.

Untuk pencantuman nama asli dan alias, redaksi memandang ini bukan aib dan sebaiknya ditulis jelas agar tidak terjadi tafsir sumir yang berpotensi merugikan Rahima sendiri di kemudian hari.

Hingga menjelang berita ini ditayangkan, upaya mengonfirmasi pihak-pihak berkompeten lainnya masih terus dilakukan.[iq/cen]

 

 

Baca selengkapnya di GOOGLE NEWS KompolmasTV

Banner 728309

Pos terkait

Ekowisata Serunting - Wisata Bengkulu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *