Pernah Tewaskan 4 Wisatawan, Ini Bagian Berbahaya di Pemandian Batu Balai

Pernah tewaskan 4 wisatawan, ini bagian paling berbahaya di Pemandian Batu Balai
Pernah tewaskan 4 wisatawan, ini bagian paling berbahaya di Pemandian Batu Balai.
Indonesia Memilih

OBYEK Wisata pemandian di Bendungan Batu Balai, Desa Suka Rami, Air Nipis, Bengkulu Selatan, perlahan dilirik kembali para wisatawan.

Khalayak mulai melupakan keganasan wisata alam di Sungai Bengkenang yang pernah tewaskan empat pengunjung hanya dalam kurun waktu tiga bulan.

Bacaan Lainnya
Banner 728309

Tidak dipungkiri, peristiwa nahas lima tahun lalu itu masih menyisakan horor tersendiri yang membuat eksotika alam di tempat itu sempat ditinggalkan para peminatnya.

Berbagai faktor diduga menjadi penyebab kecelakaan (Laka) sungai, mulai hah-hal logis hingga kisah berbau mistis.

Kendati menurut mitologi lokal insiden pengunjung tenggelam erat kaitan dengan peradaban dunia astral di tempat tersebut, namun Dayung Serunting dan Batu Balai Rafting menyangkalnya.

Dua organisasi pandu wisata minat khusus bentukan Kompolmas dan IMO-Indonesia yang ber-homebase di Batu Balai itu menyoal penyebab teknis.

Ketiadaan pengelola bertanggung jawab mengawasi keselamatan pengunjung saat mandi atau bermain di perairan disinyalir jadi penyebab utama Laka sungai.

Di samping kelalaian pengunjung sendiri yang tidak menggunakan alat keselamatan seperti pelampung, serta meremehkan derasnya arus sungai dangkal tersebut.

Sebagai organisasi pertama —bersama IMO-Indonesia DPW Bengkulu— yang sukses melintasi jeram Sungai Bengkenang, mulai Bendungan Batu Balai hingga muara, Dayung Serunting menetapkan empat titik paling berbahaya.

Pertama, terdapat hole besar melintang di bawah bendungan yang dapat menyedot benda apa saja ke dasar sungai dan membuatnya tersangkut pada kawat-kawat beton dinding bendungan.

Mandi atau berenang di hulu bendungan sangat tidak dianjurkan, meski permukaan air sungai terlihat flat (datar). Sebab kalau terpeleset dan hanyut, maka pengunjung akan berhadapan dengan hole maut tadi.

Kedua, setelah hole di bawah bendungan, kondisi sungai langsung berubah menjadi jeram grade 3 dan lumayan curam.

Kondisi demikian membuat sebuah perahu karet bermuatan 4-5 orang bisa meluncur hingga 20 knot (37 km/jam) atau lebih tanpa harus didayung.

Kalau wisatawan nekat mandi atau berenang di titik ini, resiko hanyut sangat tinggi.

Alur sungai sempit ditambah banyaknya bebatuan besar merintang jalur, membuat kemugkinan kaki atau tangan tersangkut di celah bebatuan kemudian patah akibat hempasan arus air mendekati kenyataan.

Kemungkinan fatal lainnya diperparah dengan keberadaan puluhan potongan besi pipa besi bekas yang rebahan di bawah permukaan air dengan bagian tajamnya menghadap ke hulu sungai.

Ketiga, sekitar 300 meter hilir Jembatan Batu Balai terdapat jeram ekstrim bergrade 3 hingga 4. Panjangnya sekitar 300 meter dan hanya bisa dilalui menggunakan perahu karet oleh profesional.

Bagian ini disebut Jeram Kandang Macan, karena saat survei darat pra-Ekspedisi Bengkenang, Dayung Serunting dua kali bertemu macan tutul di dahan pepohonan pinggir sungai.

Setelah diamati, bekas cakaran hewan karnivora itu juga didapati pada beberapa pangkal pohon, diduga ini merupakan penanda batas teritorial Sang Macan.

Dayung Serunting kemudian menetapkan nama Jeram Kandang Macan untuk mengingatkan para rafter (pengarung jeram) agar tidak break (istirahat) di pinggir jeram yang dikelilingi pohon rindang itu.

Bagi para rafter profesional, Jeram Kandang Macan justru paling diminati dan menjadi magnet tersendiri bagi  mereka untuk menjajal adrenalin di atas perahu karet.

Sementara bagi wisatawan umum, hanyut atau menghanyutkan diri di jeram ini bukan pilihan tepat.

Alur menukik dan berliku tajam serta banyaknya patahan batuan yang menyebabkan terbentuknya undercut atau hole menjadi ancaman serius.

Jeram Kandang Macan, digandrungi para rafter profesional, terlarang bagi wisatawan umum tanpa pemandu terlatih
Jeram Kandang Macan, digandrungi para rafter profesional, terlarang bagi wisatawan umum tanpa pemandu terlatih.

Keempat, Jeram Gergaji terletak sekitar 20 menit pengarungan arah hilir Jeram Kandang Macan, Jeram ini hanya bergrade 4, tapi bisa meningkat hingga grade 6 (tidak bisa dilalui) saat permukaan air meningkat satu meter.

Karakter paling ekstrim dari jeram ini adalah kemiringannya yang mencapai 35 derajat, ditambah alur berbelok tajam ke kiri dan kanan pada zona pertengahan.

Sejauh ini belum pernah ada perahu karet tunggal yang mampu melintasinya dengan mulus, separo pendayung harus diturunkan untuk mengurangi kecepatan grafitasi.

Pada pengarungan beregu, salah satu perahu karet harus siap mengalah, menunggu di persimpangan jalur sebagai tameng, agar perahu lainnya tidak tersangkut di tikungan.

Kalau wisatawan umum yang hanyut dari Bendungan Batu Balai mencapai bagian jeram ini, meski sudah memakai jaket pelampung dan helm, hanya kuasa tuhan yang mampu menyelamatkannya.

Dayung Serunting dan Batu Balai Rafting menyarankan, Pemerintah Desa Suka Rami dan pihak-pihak berkompeten lainnya melakukan pengawasan ketat kalau akan membuka obyek wisata Pemandian Batu Balai untuk umum.

Pantauan KompolmasTV di lapangan, selama ini pengelolaan swadaya masyarakat setempat baru sebatas mengamankan parkir kendaraan para wisatawan umum.

Keselamatan wisatawan sendiri justru belum diperhatikan dengan baik, belum ada tim penyelamat disiagakan dan difasilitasi dengan perlengkapan rescue memadai.

Sementara Dayung Serunting dan Batu Balai Rafting dengan personel terbatas lebih terfokus pada memandu dan menjaga keselamatan para wisatawan minat khusus di jalur pengarungan jeram.[im]

Banner 728309

Pos terkait

Ekowisata Serunting - Wisata Bengkulu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *