Optimalisasi Capaian Program, Pemdes Ulak Lebar Gelar Pelatihan Budidaya Itik

Kepala Desa Ulak Lebar, Hery Gunawan menyampaikan kata sambutan menjelang pembukaan pelatihan teknis budidaya itik
Kepala Desa Ulak Lebar, Hery Gunawan menyampaikan kata sambutan menjelang pembukaan pelatihan teknis budidaya itik.
Indonesia Memilih

MENGOPTIMALISASI Program ketahanan pangan, Pemerintah Desa (Pemdes) Ulak Lebar, Pino, Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu gelar pelatihan teknis budidaya itik petelur.

Pelatihan dibuka Camat Pino, Hendri Farizal SSos ini melibatkan tenaga teknis dari Bidang Peternakan Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Bengkulu Selatan, Sidik Budiono dan Sudarman dari Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Pino.

Bacaan Lainnya
Banner 728309

Bertempat di aula kantor desa setempat, pelatihan diikuti puluhan masyarakat setempat, para kader dan pendamping desa, pada Selasa (14/6) pagi.

“Pelatihan ini untuk bekal ilmu seluruh masyarakat Ulak Lebar yang akan menerima bakalan induk itik petelur minggu depan, agar tatalaksana pemeliharaannya lebih mengarah ke pola intensifitas,” kata Kepala Desa Ulak Lebar, Hery Gunawan dalam sambutannya.

Bakalan induk yang akan disalurkan nanti, terang dia, berjumlah total 1.209 ekor dengan sex ratio jantan dan betina adalah 1:2.

Disalurkan kepada 403 rumah, masing rumah memperoleh seekor jantan dan dua ekor betina.

“Sejalan usulan masyarakat, di tahap awal ini tujuan pemeliharaan baru sebatas produksi telur konsumsi. Berikutnya semoga bisa terdukung untuk ditindaklanjuti ke arah breeding farm,” ungkapnya.

Untuk kedua tujuan —telur konsumsi dan pembibitan— tersebut, imbuh Hery, pihaknya telah mendatangkan dua penyuluh berkompeten untuk melatih masyarakat Ulak Lebar mengintensifikasi ternak itik petelur yang produktif dan menguntungkan.

“Kalau diperlukan, pengadaan mesin tetas telur itik bisa kita anggarkan tahun depan, ini bisa dikelola BUMDes. Atau di tahun ini bisa kita mulai dengan penetas tradisional,” timpalnya.

Usai membuka secara resmi pelatihan tersebut, Camat Pino Hendri Farizal berpesan seluruh masyarakat Ulak Lebar harus memanfaatkan ilmu dan keterampilan yang diperoleh melalui pelatihan itu sebaik-baiknya.

“Sebab dimulai dari hal sesederhana ini, mudah-mudahan ada yang termotivasi untuk membuka usaha mandiri yang lebih besar, karena modal ilmunya sudah didapat dari pelatihan ini,” ucapnya.

Lebih jauh mantan Camat Pino Raya ini meminta para penyuluh terus melakukan pendampingan lapangan agar materi pelatihan bisa dipraktekkan sejak bakalan induk itik disalurkan kepada masyarakat.

 

Camat Pino, Hendri Farizal membuka secara resmi pelatihan teknis budidaya itik bagi masyarakat Ulak Lebar
Camat Pino, Hendri Farizal membuka secara resmi pelatihan teknis budidaya itik bagi masyarakat Ulak Lebar.

“Pelatihan formalnya cukup begini saja, tapi akan lebih bagus setelah ini pendampingan lapangan digencarkan pula. Kalau yang hanya tiga ekor per rumah ini terbukti berhasil, saya yakin masyarakat termotivasi meningkatkannya,” pungkas Hendri optimis.

 

Breeding, Feeding dan Management

Usahatani bidang peternakan tidak terlepas dari tiga pilar utama, yakni breeding (pembibitan), feeding (ransum) dan Management (tatalaksana).

Tiga pilar usaha peternakan itu disampaikan bergantian oleh Sidik Budiono, tenaga teknis dari Bidang Peternakan Distan Bengkulu Selatan dan Sudarman dari Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Pino yang didapuk sebagai pemateri.

Sidik menjelaskan, dalam budidaya ternak itik petelur tiga pilar itu juga harus ditegakkan. Jadi, seleksi bibit (breeding) unggul berkualitas menjadi kunci pertama untuk kesuksesan mencapai tujuan pemeliharaan.

Setelah persoalan breeding dipahami dan terlaksana baik, maka orientasi berikutnya adalah menentukan bahan pakan berkualitas, terdekat dan paling ekonomis yang memungkinkan diolah menjadi ransum (feeding) bernutrisi ideal.

Dalam skala kecil, limbah ikutan hasil panen seperti dedak dan bungkil atau limbah dapur bisa diolah —lebih baik kalau dicampur konsentrat— menjadi pakan ternak unggas ini.

“Takaran, waktu dan cara pemberiannya kepada ternak itik juga harus tepat,” paparnya.

Sudarman menimpali, pilar ketiga usaha peternakan yang berupa manajemen adalah segala hal terkait tatalaksana pemeliharaan.

Yakni dimulai penyiapan indukan untuk Day Old Duck (DOD) atau anak itik umur di bawah seminggu, kandang starter (masa pertumbuhan awal), kandang grower (masa pertumbuhan), dan kandang layer (masa produksi).

Penyiapan kandang itu tentunya diiringi kemampuan tatalaksana atau perlakuan pada setiap fase pemeliharaan ternak, termasuk soal kepadatan kandang dan pencegahan atau penanggulangan penyakit.

Sementara untuk penanganan pasca panen, akan kembali lagi pada tujuan produksi, untuk telur konsumsi atau telur tetas.

Seekor itik jantan, beber Sudarman, mampu membuahi hingga tujuh itik betina. Dengan asumsi demikian, kalau tujuan produksi telur tetas maka sex ratio (perbandingan jantan dan betina) dalam satu kandang harus disesuaikan.

Kemudian, karena itik yang bakal diterima masyarakat adalah tipe petelur, maka nantinya akan menemui masa moulting atau rontok bulu yang menjadi pertanda produksi telur terhenti sementara atau istirahat produksi.

Kalau dibiarkan berjalan alami, masa transisi ini bisa berjalan lumayan panjang dan tidak seragam dalam satu kandang, sehingga dibutuhkan perlakuan force moulting atau perotokan bulu paksa dengan mengurangi porsi pakan secara terukur.

Pemateri dan puluhan masyarakat Ulak Lebar mengikuti pelatihan teknis budidaya itik petelur
Pemateri dan puluhan masyarakat Ulak Lebar mengikuti pelatihan teknis budidaya itik petelur.

Dengan force moulting yang tepat, masa stagnasi produksi hanya berlangsung sekitar empat minggu dan itik mulai bertelur lagi secara serentak.

“Sesuai ‘request’ Pak Camat dan Pak Kades, kami siap melakukan pendampingan lapangan supaya masyarakat benar-benar terampil,” pungkasnya.[cen]

Banner 728309

Pos terkait

Ekowisata Serunting - Wisata Bengkulu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *