Terbongkar, Ini Alasan Krusial Dayung Serunting Tutup Kawasan Ekowisata

Terbongkar, ini alasan krusial Dayung Serunting tutup kawasan ekowisata
Terbongkar, ini alasan krusial Dayung Serunting tutup kawasan ekowisata.
Indonesia Memilih

GENAP Setahun, pusat kawasan Ekowisata Serunting ditutup organisasi perintisnya, Dayung Serunting.

Organisasi bentukan Kompolmas dan asuhan Ikatan Media Online (IMO) Indonesia DPW Bengkulu itu baru akan kembali melayani kunjungan wisatawan pada penghujung tahun ini.

Bacaan Lainnya
Banner 728309

Dikonfirmasi terpisah, segenap dewan pendiri Dayung Serunting kompak mengungkap penutupan sementara layanan wisata alam itu sejatinya hanya karena satu pertimbangan krusial.

Yakni, Dayung Serunting sedang mempersiapkan dua event besar yang akan ditabuh sepanjang tahun 2023 mendatang.

Sebagai konsekuensinya, organisasi itu harus mencegah Danau Kawutan Serunting di Desa Muara Danau yang menjadi pusat kawasan ekowisata dijejali pengunjung saat infrastruktur pendukung disiapkan Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera VII.

Guna menjaga kontinuitas giat bidang pembinaan SDM, Dayung Serunting menggeser pusat latihan rutin ke Jeram Kandang Macan, di Batu Balai, Desa Suka Rami, Kecamatan Air Nipis.

Di lain sisi, momen penutupan sementara itu juga dimanfaatkan Dayung Serunting untuk menguji keseriusan pemerintah desa di pusat kawasan, yaitu Muara Danau.

Sebab, status desa wisata (Dewi) yang disematkan kepada desa itu tidak terlepas dari keberadaan Danau Kawutan Serunting yang ternyata belum bisa diklaim sebagai karya pemerintah desa setempat.

Lantas, masih pantaskah Muara Danau menyandang predikat itu?

Ketua Harian Dayung Serunting, Ersanius mengungkapkan support moral Pemerintah Desa (Pemdes) Muara Danau pernah ada pada awal Ekowisata Serunting digagas hingga sekitar medio 2021.

Waktu itu, kata dia, enam Pemdes lainnya dalam kawasan ekowisata itu juga turut mendampingi Muara Danau untuk mengimbangi peran Dayung Serunting.

“Atap rumbia di Anjung Betunggal adalah andil tidak langsung dari Pemdes Muara Danau di masa itu. Enam pendayung pertama Dayung Serunting juga remaja Muara Danau,” ungkapnya, Senin (14/11) malam.

Ketua IMO DPW Bengkulu yang awal bulan depan akan dilantik menjadi Wakil Ketua Umum (Waketum) DPP IMO-Indonesia itu mengaku heran, andil demikian terhenti seketika sejak pergantian tampuk pimpinan di desa.

“Dibahas dalam Musrenbangdes, ditetapkan dalam RKPDes, diakomodir Rp64 juta dalam APBDes, tapi nihil realisasi dengan alasan klasik,” bebernya.

Chief Executive Officer (CEO) Kompolmas Intermedia Group itu pun tidak mempermasalahkan ‘prank’ penganggaran tersebut, sebab andil yang lebih dibutuhkan saat ini adalah yang bersifat non-materil.

“Kita patut berterima kasih kepada BWS VII yang dengan senyap selalu mendukung penyediaan infrastruktur di danau. Juga kepada Dinas Pariwisata Bengkulu Selatan yang sejak awal hingga detik ini luar biasa berupaya menambal-sulam peralatan kami,” ucapnya.

Bagi Ersan, andil Pemdes Muara Danau dan delapan Pemdes lainnya dalam kawasan ekowisata adalah melanjutkan rintisan Dayung Serunting, seperti dilakukan Pemdes Babatan Ilir dan Kota Agung terhadap Agrowisata Puding Sebaris.

Berarti, lanjut dia, penganggaran adalah urusan kesekian, karena komitmen lebih penting, apalagi Pemdes Muara Danau sendiri tengah direpotkan misi penyelematan BUMDes Rantaman yang diduga kolaps.

“Agrowisata Puding Sebaris juga belum pernah dianggarkan dalam APBDes Babatan Ilir atau Kota Agung, tapi progresnya berjalan dan sekarang lebih maju dibanding Danau Kawutan Serunting,” imbuhnya.

Pendiri klub olahraga arung jeram Batu Balai Rafting ini menegaskan, keseriusan Pemdes Muara Danau adalah indikator bagi delapan desa lainnya dalam kawasan Ekowisata Serunting.

“Kalau Muara Danau saja abai, apalagi desa-desa pendukungnya. Ekowisata Serunting kami rintis untuk kemaslahatan masyarakat setempat, harus dikembangkan dengan aksi konkret. Jangan ada kata tapi, karena tidak ada jalan yang benar-benar buntu,” tutupnya.

Informasi terhimpun, Ekowisata Serunting pertama kali dicetuskan AKBP Deddy Nata SIK semasa menjabat Kapolres Bengkulu Selatan pada peringatan Hari Ibu, 22 Desember 2019 silam.

Gagasan itu kemudian dieksekusi Dayung Serunting di hari organisasi tersebut dideklarasikan di Danau Kawutan Serunting, Rabu sore, 16 September 2020.

Semula, Dayung Serunting atas persetujuan Dinas Pariwisata (Dispar) Bengkulu Selatan menetapkan tujuh desa di Kecamatan Seginim tergabung dalam kawasan ekowisata tersebut, termasuk Muara Danau sebagai pusatnya.

Setelah mempertimbangkan dampak sosial-ekonomi sekitar kawasan, Desa Suka Bandung dan Penandingan di Kecamatan Air Nipis juga dimasukkan.

Danau Kawutan Serunting adalah rumah utama bagi 2000 lebih bangau putih dan coklat, ratusan pasang belibis, kura-kura raksasa, dan dua flora langka.

Menjaga kelestarian dan keseimbangan ekosistem di balik pemanfaatan sumber daya alam untuk kebangkitan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif daerah adalah tujuan Dayung Serunting bercokol bertahun-tahun di tempat terpencil itu.

Danau Kawutan Serunting sebagai pusat kawasan Ekowisata Serunting akan dibuka kembali untuk wisatawan umum pasca BWS Sumatera VII melanjutkan pembuatan jogging track dan taman hias.

Pembukaan obyek wisata itu ditandai dengan event Serunting Fiesta menjelang pergantian tahun hingga triwulan pertama tahun 2023.

Event perdana itu diselenggarakan Dayung Serunting dan Dispar, bekerja sama dengan beberapa sponsorship ternama.

Hingga menjelang berita ini dipublikasikan, Kepala Desa Muara Danau, pengurus BUMDes Rantaman dan pihak-pihak berkompeten lainnya masih dalam upaya dikonfirmasi.[cen]

Baca selengkapnya di GOOGLE NEWS KompolmasTV

Banner 728309

Pos terkait

Ekowisata Serunting - Wisata Bengkulu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *