TIM Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraaan Keluarga (TP-PKK) Kabupaten Bengkulu Selatan terus menyoroti perkembangan 18 desa lokus stunting di daerah tersebut.
Fokus perhatian tidak hanya pada pembinaan para perempuan menjelang pernikahan, ibu hamil dan menyusui, serta perbaikan kualitas gizi balita, namun juga pada langkah mendorong pemerintah desa membenahi sanitasi lingkungan.
Demikian diutarakan Ketua TP PKK Kabupaten Bengkulu Selatan, Lena Gusnan, usai menyambangi Desa Babatan Ilir dan Sukaraja, Rabu (18/7) siang.
Dia mengaku, memang belum ada kasus stunting ditemukan pada dua desa lokus stunting di Kecamatan Seginim tersebut, namun dari data indikator penilian tim —hingga ditetapkan sebagai lokus— menunjukkan bahwa potensi itu ada.
Karenanya, lanjut Lena, peran serius pemerintah desa menekan potensi pendukung stunting itu menjadi keniscayaan, termasuk dalam upaya mencapai predikat Open Defecation Free (ODF) atau stop buang air sembarangan.
“Hati-hati dengan data, Kades harus cek langsung ke WC warga. Bisa jadi terdata WC-nya memang ada (di rumah-red), tapi tidak ada septic tank, saluran pembuangan menuju sungai. Itu sama saja buang air di sungai, mencemari air bersih,” tegasnya.
Buruknya sanitasi itu, kata Lena, mengancam kebersihan lingkungan sekaligus menjadi salah faktor penyebab stunting pada anak.
Lebih kanjut Lena mengimbau, predikat desa ODF menjadi target prioritas para kepala desa di Kabupaten Bengkulu Selatan.
“Harus ada langkah konkret dari pemerintah desa, di samping terus mengajak warganya membiasakan perilaku hidup sehat dan menjaga kebersihan lingkungan,” punkasnya.
Informasi terhimpun, di Kecamatan Seginim terdapat dua desa lokus stunting, 16 desa lokus lainnya tersebar di beberapa kecamatan lain.[adv]
Baca selengkapnya di GOOGLE NEWS KompolmasTV