BERTABUR 255 pulau berbatuan granit menjadikan Anambas dijuluki The Best Exotic Tropical Island in Asia.
Meski sempat luput dari perhatian, namun eksotika ekowisata bahari ini sejatinya telah sejak lama terpatri dalam kenangan para pelancong yang pernah berkunjung.
Anugerah terindah di tanah Melayu ini butuh pengelolaan serius oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas (KKA), Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), dan bahkan pemerintah pusat.
Para pemerhati lingkungan, pegiat pariwisata, serta penggagas ekonomi kreatif sepakat menyebut Anambas sebagai kawasan prospektif bagi ekowisata bahari berbasis Budaya Melayu.
Selain itu, dengan hasil laut melimpah, salah satu pulau terluar dan gapura perbatasan wilayah Indonesia bagian Barat ini mengantongi asset berharga yang patut dikelola sungguh-sungguh.
Letak geografis Anambas sangat strategis, berdampingan dengan Pulau Natuna, menjadi persinggahan lintas Asia Tenggara oleh cruise dan yatch.
Mestinya, posisi ini bisa segera dimanfaatkan meraup Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui imigrasi dan karantina, di samping memikat wisatawan singgah lebih sering.
Tentu saja, ini masih butuh koordinasi antara biro perjalanan wisata lokal dengan agen-agen cruise dan yatch di Batam, Singapura, bahkan Bali.
Bak gayung bersambut, Ketua Umum Kadin KKA, Nasrul Arsyad SE MSi menyambut tertantangan bupati setempat, Abdul Haris SH yang berharap ada biro perjalanan wisata berkelas dan serius bekerjasama mengembangkan potensi destinasi wisata daerah itu.
Kemudian, Ketua Badan Promosi Pariwisata Kepri, Irwandi, ternyata juga sudah berancang-ancang take off mempromosikan potensi ini.
Ketua Umum Association of Sales Travel Indonesia (ASATI), M Syukri Machmud SE menilai, Budaya Melayu sebagai daya tarik sosial tersendiri.
Agar kearifan lokal warisan leluhur tetap lestari, selain kehidupan bawah lautnya melalui dinas pendidikan supaya bisa dijadikan wahana eduwisata bagi para siswa.
“Manfaatkan para milenial dalam mempercepat dikenal masyarakat umum, karena mereka memiliki akun medsos masing-masing,” ajaknya, Selasa (22/6/2021) pagi kemarin.
Di hadapan para peserta FGD Pengembangan Destinasi Wisata KKA, di ruang rapat Kantor Bupati KKA tersebut, Ketua Komtab Parekraf Kadin Indonesia ini mengajak semua stakeholder bergerak.
Salah satu tim pakar pengembang destinasi, Ir H Erwin Maulana Pribadi MT IPM mengaku sinkronisasi antara pemerintah dengan para tokoh, akademisi, dan pelaku usaha adalah mutlak.
“Bisa (sinkronisasi para pihak-red) memanfaatkan media mainstream lokal maupun media sosial,” tandasnya.
Pakar pengembang lainnya, Ir H Gatot Indra Anggradi MM menimpali, dukungan sumber daya manusia kepariwisataan sangat dibutuhkan.
Sehingga peran sekolah menengah pariwisata setingkat SMK serta Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia (LP3I) sangat urgen.
“Bahkan di tahap awal ini, diperlukan pelatihan bersertifikat BNSP untuk protokol kesehatan, event management, cara menjadi tuan rumah yang ramah, tour guide, mice, markom, destinasi, desa wisata, juga Pokdarwis,” urainya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dr Masykur ST MM berencana membuat calender of event, setelah melihat banyaknya ragam Budaya Melayu yang masih layak jual di KKA, baik kuliner maupun permainan rakyat.
“Bisa saja dibuat Festival Kuliner Melayu atau Festival Gasing Internasional,” cetusnya.[win]