Siswa SMP Dihajar hingga Babak-belur, Sikap Pihak Sekolah Disesalkan

Siswa SMP dihajar hingga babak-belur, sikap pihak sekolah disesalkan
Siswa SMP dihajar hingga babak-belur, sikap pihak sekolah disesalkan.
Indonesia Memilih

SEORANG Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP) 3 Parittiga, Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung (Babel) mengaku dihajar tiga teman sekelas hingga babak-belur, Selasa, 4 Oktober 2022 lalu.

Siswa kelas VII B berinisial AL itu mengaku mendapat pukulan telak dari para pelaku dua kali di mata kiri, satu kali di perut kanan, kemudian tak sadarkan diri.

Bacaan Lainnya
Banner 728309

Menyikapi insiden tersebut, Rin selaku orangtua AL mengaku heran sikap tidak proaktif pihak sekolah membantu penyelesaian persoalan tersebut.

Dengan tempat kejadian perkara (TKP) di lingkungan sekolah, kata dia, tentu kepala sekolah dan guru-guru lebih mengetahui penyebab dan kronologi kejadian.

Sehingga dapat lebih mudah menjadi mediator penanganan pasca kejadian. Bukan malah terkesan lepas tangan.

“Terima kasih kepada guru yang usai kejadian berinisiatif mengantar anak saya berobat ke Puskesmas. Sayangnya, setelah itu tidak diselesaikan (proses mediasi-red) pihak sekolah,” ungkapnya, Jum’at (7/10) malam.

Di hadapan orangtua salah satu pelaku, Rin menyesalkan sikap SMPN 3 yang diduga ingin lepas tanggung jawab.

“Di hari kajadian, saya sempat minta tolong (via telepon-red) anak saya diantar pulang. Tapi malah tetap harus dijemput istri saya. Karena panik dan bingung harus mengadu kemana, saya lapor polisi,” akunya.

Rin menyebut, tidak ada maksud menyerang balik para pelaku —melalui jalur hukum— karena mereka semua masih anak-anak.

Dia hanya minta penyelesaian berkeadilan secara kekeluargaan, anaknya bisa terus diobati hingga sembuh dan bisa akur kembali dengan para pelaku sebagai teman sekolah.

“Karena ini persoalan anak-anak, maka kita selaku orangtua dan grurunya harus berada di depan. Jangan biarkan berlarut-larut sampai menjadi dendam,” tandasnya.

Rin mengapresiasi itikad baik orangtua dua pelaku membesuk korban ke rumahnya di Dusun Kaulin Desa Kelabat, meski belum semua perwakilan ikut datang.

“Saya sangat khawatir dengan kesehatan anak saya. Sampai hari ini memang belum ada pihak guru SMP menjenguk. Baru bapak-bapak (orangtua pelaku-red) inilah,” ucapnya.

Dalam momen pra-mediasi ini, Wan selaku orangtua salah satu pelaku menyampaikan permohonan maaf atas insiden yang melibatkan anaknya.

Selain bersedia bantu mengobati korban, warga Desa Air Gantang ini juga mengaku heran dengan sikap pihak sekolah yang tertutup.

“Saya baru sore ini tahu bahwa anak saya pelakunya. Menurut kabar, pelakunya lebih dari dua orang. Ini kita baru dua orang, termasuk anak saya (pelaku lainnya belum diketahui-red). Kita butuh pihak sekolah yang menjelaskan,” ujarnya.

Seorang pendamping keluarga pelaku, Han mengutarakan senada, penjelasan tentang alur kejadian belum diperoleh dari pihak sekolah.

Dia berpendapat, mestinya pihak sekolah dulu yang menangani sebelum orangtua para pihak turun berdamai untuk menuntaskannya.

Ketua RT 9 Desa Air Gantang, Hartini yang menyertai rombongan pembesuk juga berkomentar sama. Bagi dia, ada yang aneh dengan sikap pihak sekolah yang terletak di Desa Air Gantang tersebut.

“Saya ke sini untuk mendampingi warga saya. Pihak sekolah seolah membiarkan persoalan ini berlarut-larut, sangat disayangkan,” keluhnya.

Hartini berterima kasih atas diterimanya mereka di rumah korban secara baik-baik dan orangtua korban bersedia menghargai itikad baik dua orangtua pelaku membantu pengobatan.

Namun dia berharap, berikutnya pihak sekolah harus dilibatkan agar proses mediasi menuju perdamaian bisa lancar dan tuntas.

Ketua RT 6 Desa Kelabat, Awa yang ikut menghadiri pertemuan itu turut sepakat persoalan ini dilimpahkan dulu kepada pihak sekolah untuk mengungkap duduk persoalannya.

 

Kronologi

Beberapa sumber menyebutkan, penganiayaan terhadap AL terjadi saat jam istirahat sekolah, Selasa (4/10) sekitar jam 09.30 WIB.

Menurut pengakuan AL dan beberapa teman sekolahnya, penganiayaan dilakukan tiga siswa kelas VII yang tidak satu ruangan dengan AL.

“Waktu itu saya di depan sekolah, tiga orang datang mendorong. Saya terjatuh, lalu perut saya ditendang waktu akan bangun,” kata AL saat ditemui di kediamannya, Kamis (6/10) malam.

Berikutnya, tambah AL, matanya ditonjok pelaku dua kali hingga dia roboh tak sadarkan diri.

AL baru tersadar saat sudah dalam kantor sekolah, terbangun karena matanya dikompres. Menurut AL, saat itu mata kiri tidak bisa melihat.

“Ada guru yang antar saya berobat (Puskesmas-red), lalu balik lagi ke sekolah menunggu ibu saya menjemput,” paparnya.

Seorang guru SMPN 3, Teguh saat dihubungi membenarkan dugaan penganiayaan dialami AL.

“Soal kronologis kejadian sebenarnya tidak begitu jelas. Tapi memang saya yang antar berobat dan pulang lagi ke sekolah,” sahutnya, Kamis (6/10).

Teguh mengatakan, sepulang mengantar berobat akan dilanjutkan mengantar AL pulang ke rumah, tapi sudah terlanjur dijemput ibunya.

“Masalahnya (pemicu penganiayaan-red) saya belum begitu tahu, sampai hari ini. Kalau mau jelasnya coba hubungi wali kelas atau kepala sekolah,” sarannya.

 

Berbelit-belit

Keterangan Teguh demikian, sejatinya menyulut kecurigaan tersendiri pihak keluarga korban. Sebab secara geografis, sepulang berobat dari Puskesmas Sekar Biru menuju SMPN 3 di Desa Air Gantang melewati rumah korban.

Apa sebab AL tidak langsung diantar ke rumahnya sesuai permintaan ayah korban melalui telepon?

Kendati demikian, saran Teguh untuk untuk mencari titik terang melalui wali kelas dan kepala sekolah tetap dilaksanakan.

Sayangnya, kunjungan KompolmasTV ke SMPN 3 pada Jum’at (7/10) pagi tidak membuahkan hasil berarti. Sang kepala sekolah sedang dinas luar ke Lampung.

Wali Kelas VII B juga tidak berhasil ditemui, kabarnya sedang memenuhi panggilan Polsek Jebus. Sedangkan wakil kepala sekolah mengikuti Diklat di kabupaten.

Konyolnya, para guru yang sempat ditemui juga tidak bersedia memberikan nomor telepon tiga orang itu, seakan sengaja menyia-nyiakan peluang klarifikasi kasus memalukan ini.

Hingga berita ini diturunkan, mengonfirmasi kembali Wali Kelas VII B, Kepala SMPN 3, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bangka Barat dan pihak-pihak berkompeten lainnya masih diupayakan.[ig/kkh/erw]

 

 

Baca selengkapnya di GOOGLE NEWS KompolmasTV

 

Banner 728309

Pos terkait

Ekowisata Serunting - Wisata Bengkulu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *