Penyakit Mulut dan Kuku: Penyebab, Penularan, Gejala, Pencegahan dan Pengobatannya

Penyakit Mulut dan Kuku, penyebab, penularan, gejala, pencegahan dan pengobatannya
Penyakit Mulut dan Kuku, penyebab, penularan, gejala, pencegahan dan pengobatannya.
Indonesia Memilih

PENYAKIT Mulut dan Kuku atau PMK pada ternak ruminansia tengah naik daun. Namanya kian melejit pasca Pemerintah Indonesia menyatakannya sedang mewabah di Tanah Air.

Dalam dunia kesehatan masyarakat veteriner (Kesmavet), penyebab, cara penularan, gejala klinis, langkah pencegahan dan tindakan pengobatannya sudah dikenal cukup lama.

Bacaan Lainnya
Banner 728309

Berikut ringkasan seputar penyakit tersebut yang dihimpun KompolmasTV dari berbagai sumber ilmiah terkini ditambah catatan drh Makmun Abdullah Musa (1993).

Sebuah catatan edukatif yang didedikasikan untuk buku berjudul “Panduan Kesmavet untuk Penyuluh” yang belum sempat diterbitkan hingga dia wafat.

 

Penyebab

PMK atau Foot and Mouth Disease (FMD) disebabkan Virus Aphtaee Epizootecae, yakni virus tipe A dari famili Picornaviridae, genus Apthovirus.

PMK dikenal sangat cepat menular pada hewan berkuku belah atau genap, seperti sapi, kerbau, babi, kambing, domba, unta, rusa, gajah, bison, antelope, menjangan dan jerapah.

Virus Aphtaee Epizootecae mampu bertahan hidup cukup lama di lingkungan kotor dan lembab.

Kalau menginfeksi tubuh hewan, Virus Aphtaee Epizootecae butuh waktu 1-14 hari untuk berinkubasi hingga menunjukkan gejala klinis pada hewan.

Pada tubuh hewan, virus ini akan bertahan hidup pada tulang, kelenjar, susu dan produk susu.

Angka kesakitan pada tubuh yang terinfeksi bisa capai 100 persen. Mortalitas tinggi pada hewan muda atau anak.

PMK bukan penyakit zoonosis atau ditularkan dari manusia ke hewan atau sebaliknya. Namun manusia bisa menjadi vektor atau perantara dari hewan tertular kepada hewan yang peka.

 

Penularan

Virus Aphtaee Epizootecae ditularkan ke hewan melalui beberapa cara, di antaranya :

  • Kontak langsung antara hewan tertular dengan hewan rentan melalui droplet, leleran hidung, atau serpihan kulit.
  • Sisa pakan atau sampah yag terkontaminasi produk hewan, seperti daging dan tulang hewan yang tertular.
  • Kontak tidak langsung melalui vektor hidup seperti manusia. Virus ini bisa terbawa oleh sepatu, tangan, tenggorokan, atau pakaian manusia yang terkontaminasi.
  • Kontak tidak langsung bisa melalui moda transportasi, peralatan, atau alas kandang.

 

Gejala Klinis

Sapi :

  • Pyrexia atau demam hingga 41 derajat celcius dan menggigil.
  • Anorexia atau kehilangan nafsu makan.
  • Pada sapi perah, produksi susu menurun drastis selama 2-4 hari.
  • Hipersativasi atau keluar liur berlebihan.
  • Saliva menggantung, air liur berbusa di lantai kandang.
  • Kelenjar submandibular meradang.
  • Lebih sering rebahan.
  • Kuku luka hingga terlepas.
  • Suka menendangkan kaki, menggosokkan mulut, menggeretakkan gigi, dan mulut meler. Hal ini disebabkan vesikula (lepuhan) pada membran mukosa hidung dan bukal, lidah, nostril, moncong, bibir, puting, ambing, kelenjar susu, ujung kuku dan sela kuku.
  • Komplikasi erosi di lidah dan superinfeksi lesi, mastitis dan penurunan produksi susu permanen.
  • Myocarditis dan abotus kematian pada hewan muda.
  • Bobot badan ideal hilang permanen, kontrol terhadap panas juga hilang.

Kambing dan Domba :

  • Hipersativasi atau keluar liur berlebihan.
  • Lesi atau lepuh tidak begitu terlihat.
  • Lesi pada kaki bisa tidak terlihat pula.
  • Lesi di sekitar gigi.
  • Kematian tinggi pada hewan muda.

 

Pencegahan

Ternak yang tidak terinfeksi ditempatkan dalam kandang kering dan dibiarkan bergerak rileks.
Sebaiknya, beri pakan bergizi seimbang untuk meningkatkan sistem immunitas tubuh.

Sebagai tambahan, olesi kaki dengan larutan Cuprisulfat 5 persen setiap hari selama 1-2 minggu, dilanjutkan seminggu sekali. Cara ini diyakini paling efektif cegah PMK.

PMK mudah dikendalikan pada hewan yang dipelihara secara intensif atau ternak dikandangkan, yakni dengan tindakan biosekuriti pada ternak dan segenap komponen pendukungnya.

Biosekuriti Ternak :

  • Menempatkan ternak yang baru masuk dalam kandang karantina selama 14 hari untuk mengintensifkan pengamatan gejala penyakit yang kemungkinan dibawa.
  • Segera karantina ternak yang menunjukkan gejala klinis, tangani secara medis atau minta bantuan kepada petugas peternakan terdekat.
  • Zona bebas perlu dilindungi dengan membatasi ruang gerak hewan, pengawasan lalu lintas diiringi pelaksanaan surveilans.
  • Terapkan larangan ternak baru masuk dari daerah tertular.
  • Hewan yang baru terinfeksi, hewan baru sembuh dan hewan-hewan yang dicurigai telah kontak dengan agen PMK sebaiknya segera disembelih.
  • Musnahkan bangkai, sampah, dan seluruh produk hewan pada area terinfeksi.
  • Dianjurkan melaksanakan vaksinasi dengan virus aktif mengandung adjuvant pada peternakan yang dekat dengan daerah tertular.

Setelah dua kali vaksinasi, kekebalan terhadap PMK akan dicapai enam bulan kemudian. Tapi, pada sebagian kasus tergantung antigen vaksin dan strain virus yang tengah mewabah.

Biosekuriti Barang :

  • Disposal atau pemusnahan barang-barang terkontaminasi.
  • Dekontaminasi semua barang yang akan masuk kandang, yakni dengan desinfeksi, fumigasi, atau disinari lampu ultra violet.

Biosekuriti Kandang :

  • Desinfeksi kandang, peralatan dan lingkungan sekitarnya secara berkala.
  • Dekontaminasi kandang dan seluruh isinya, kecuali ternak, dengan deterjen atau desinfektan.

Biosekuriti Peternak :

  • Disemprot desinfektan sebelum memasuki kandang.
  • Sebelum masuk kaandang harus ganti pakaian, lalu lengkapi diri dengan APD, sepatu boot dan masker.

Biosekuriti Tamu dan Kendaraan :

  • Tamu sebelum masuk kandang harus ganti pakaian, lalu lengkapi diri dengan APD, sepatu boot dan masker.
  • Tamu harus melalui biosecurity spraying, celup kaki dan tangan di tempat desinfektan kandang.
  • Ban dan bagian bawah kendaraan harus disemprot desinfektan atau masuk melewati bak dipping kendaraan.

 

Pengobatan

Para pakar veteriner berpendapat, ada beberapa langkah alternatif pengobatan untuk ternak terinfeski PMK, di antaranya adalah memotong jaringan tubuh yang terinfeksi.

Kaki terinfeksi bisa diterapi dengan Chloramphenicol atau larutan Cupri Sulfat. atau gunakan Preparat Sulfadimidine melalui injeksi intravena.

Larutan Cupri Sulfat (CuSO4) adalah antiseptik, bukan antibiotik. Larutan ini bersifat antibakterial, antiviral, sekaligus antifungal.

Sementara Chloramphenicol dan Sulfadimidine adalah antibiotik, keduanya bermanfaat untuk mencegah dan mengobati infeksi sekunder dari bakteri lain yang bisa sebabkan kematian.

 

 

Sumber Terkini:
www.ugm.ac.id
bogorkab.go.id
dkpp.jabarprov.go.id

Banner 728309

Pos terkait

Ekowisata Serunting - Wisata Bengkulu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *