GEMPA Bumi berkekuatan 6,8 Skala Richter di dekat Kota Tua Marrakech, sebelumnya dilaporkan 7,2 SR, sejauh ini telah telan korban jiwa 2.012 orang.
Organisasi kesehatan dunia, WHO menyebutkan, lebih dari 300 ribu penyintas dan warga terdampak mengaku hanya menunggu kasih Tuhan.
Mereka kelaparan dan kesulitan mendapatkan air minum bersih, sementara armada bantuan melalui darat berjalan lambat, terhadang reruntuhan di jalanan.
Gempa bumi paling mematikan sejak lebih enam dekade terakhir di Maroko ini menimbulkan kerusakan parah di beberapa wilayah episenter gempa.
Kontributor KompolmasTV, Taufiqurrochman di Kota Imsouane, sekitar 180 kilometer barat pusat gempa di Pegunungan Ighil melaporkan, selain makanan, minuman dan obat-obatan, warga setempat juga sudah mengalami krisis suplai listrik, komunikasi terhambat.
“Komunikasi di sini (Imsouane-red) masih sulit, akses darat terganggu reruntuhan dimana-mana, bantuan sulit mencapai lokasi dituju. Nasib saudara-saudara kita di Kota Tua dan sekitarnya belum terkonfirmasi,” katanya, Minggu (10/9/2023) pagi waktu Indonesia.
Reuters mewartakan, Pemerintah Kerajaan Maroko mengumumkan hari berkabung nasional selama tiga hari sejak Sabtu (9/9).
Turki telah menawarkan bantuan kemanusiaan untuk kerajaan ini. Aljazair yang sempat bersitegang dengan Maroko, sejak Sabtu membuka akses udaranya untuk lalu-lintas misi kemanusiaan.
Sementara Dana Moneter Internasional (IMF) belum memutuskan kelanjutan rencana mereka menggelar pertemuan tahunan di Kota Tua Marrakech, bulan depan.
Juru Bicara IMF menegaskan, kini pihaknya akan lebih terkonsentrasi pada keselamatan dan nasib Rakyat Maroko.
[reuters/go/tfq]
—
Baca selengkapnya di GOOGLE NEWS KompolmasTV