Fakta Terbaru Bangkai Kapal Perang di Perbukitan, Ternyata…

Seorang anggota Polri mengunjungi lokasi penemuan logam mirip lambung kapal di Kelurahan sagatani, Singkawang Selatan
Seorang anggota Polri mengunjungi lokasi penemuan logam mirip lambung kapal di Kelurahan sagatani, Singkawang Selatan.
Indonesia Memilih

SINGKAWANG | KompolmasTV Masyarakat Kelurahan Sagatani dan sekitarnya diminta lebih realistis menanggapi temuan benda mirip bangkai kapal perang Kerajaan Inggris di lokasi penambangan emas tanpa izin (PETI) beberapa hari lalu.

Pasalnya, lokasi penemuan  di Kecamatan Singkawang Selatan, Kota Singkawang, Kalimantan Barat tersebut lumayan jauh dari laut. Jarak lokasi dengan bibir pantai terdekat sekitar 36 kilometer.

Bacaan Lainnya
Banner 728309

Sungai berbadan lebar yang memungkinkan jadi akses kapal itu menuju kawasan Perbukitan Pasi yang memiliki puncak 770 mdpl di Sagatani juga tidak ada.

Kemudian, perlu pula memandang sisi historis, bahwa selama masa penjajahan belum pernah ada sepotong orang Inggris pun yang berhasil menginjakkan kakinya hidup-hidup di Pesisir Utara Pulau Kalimantan.

“Inggris pernah coba masuk ke Kutai Kaltim, dan gagal. Di wilayah Kalbar saya belum pernah dengar. Itu kapal apaan, kita juga tidak boleh asal raba,” ungkap seorang mantan anggota DPRD Kota Singkawang kepada Kompolmas Kalbar, Rabu (8/12) malam.

Video yang terlanjur beredar di media sosial, kata dia, harus dilengkapi rujukan riset terlebih dahulu baru bisa dibuatkan narasi yang tidak menyesatkan publik atau mengaburkan sejarah.

“Kapal perang, milik Inggris, tahun 1812, dihubung-hubungkan pula dengan Kerajaan Sambas. Saya pikir itu berlebihan, atau minimal terlalu dini. Dari mana dasarnya? Arkeolog saja belum berani menyimpulkan,” ujarnya.

Di sisi lain, pria paruh baya ini menduga, benda logam mirip lambung kapal berukuran 20 x 15 meter tersebut adalah bagian kapal keruk atau komponen mesin pengolah emas lainnya.

Benda tersebut ditinggalkan perusahaan tambang emas yang dicabut izinnya oleh Departemen ESDM pada 14 Maret 2008 lalu.

Sebelumnya, terdapat 111 perusahaan tambang emas beroperasi di wilayah perbatasan Singkawang-Bengkayang tersebut. Satu persatu hengkang, dan terakhir PT Monterado Mas Minning (PT MMM) juga angkat kaki.

“Seingat saya, Mas Minning (PT MMM-red) termasuk perusahaan terbesar waktu itu. Pernah datangkan dua kapal keruk lewat darat. Mungkin itu ditinggalkan dan sekarang ditemukan penambang liar,” bebernya.

Menurut hikayat para tetua, lanjut dia, Perbukitan Pasi pernah disebut menjadi ajang pertempuran pasukan Kerajaan Sambas dengan para pembelot yang ingin menguasai emas di masa penjajahan Jepang.

Kala itu, di Desa Goa Boma Kabupaten Bengkayang yang berbatasan langsung dengan Kelurahan Sagatani terdapat tangsi militer Jepang, memiliki akses tersendiri ke pantai melalui jalan rintisan di Sei Pangkalan.

Para pembelot dikabarkan sempat berkoalisi dengan pasukan Jepang, hingga akhirnya sukses memukul mundur pasukan Kerajaan Sambas dengan meracuni sumber air.

“Di masa kongsi (persekutuan tambang era Jepang-red) penambangan emas masih manual, tidak ada kapal keruk apalagi kapal perang dari logam,” pungkas pria yang enggan namanya ditulis ini.

Beberapa narasumber berhasil dikonfirmasi Kompolmas Kalbar berpandangan senada. Mereka meminta pihak berkompeten segera meluruskan ikhwal temuan wajar namun dibuat menggemparkan tersebut.

“Jangan halu. Yang jelas di depan mata, penambang-penambang itu siapa yang izinkan menambang di tempat terlarang itu. Harus ditertibkan, dampak lingkungannya sudah parah,” desak salah satu tokoh adat Singkawang Selatan.

 

Sejarah Kegagalan Inggris

Sejarah mencatat, seorang petualang Inggris keturunan Skotlandia bernama James Erskine Murray pernah memimpin ekspedisi nekat ke Kerajaan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, pada 1844 masehi.

Menggunakan kapal utama bernama Young Queen dan kapal perusak bernama Anna, advokat itu berambisi menguasai Samarinda dan sekitarnya.

Ambisi James Murray ini diduga untuk mengikuti kolega pendahulunya, James Brooke yang sukses menjadi penguasa Sarawak melalui kedekatannya dengan Sultan Brunei pada 1842.

Itikad buruk James Murray terbaca Sultan Kutai Kartanegara bergelar Sultan Salihudin, setelah ketahuan akan melancarkan ekspansi lebih luas dan berkuasa pasca diizinkan mendirikan perwakilan dagang di Samarinda.

James Murray sempat mengeluarkan ultimatum dan bersiap menyerang dari atas kapalnya. Tembakan meriam sempat mengenai bangunan istana, namun langsung dibalas serangan bertubi-tubi pasukan Kutai.

Saat pasukannya kocar-kacir kalah perang, James Murray nekat terjun ke laut untuk menyelamatkan diri, namun akhirnya tewas juga.

Kabar bangsawan Inggris tewas memalukan di perairan Kalimantan Timur, pihak Inggris yang kala itu berkuasa di Singapura berniat membalas dendam, tapi terhalang dominasi Belanda di Nusantara.

Sesi balas dendam tetap terlaksana, kali ini dilakoni Belanda. Sultan Salihudin berhasil ditaklukkan, Belanda berhasil berkuasa, bukan Inggris.

Sejarah lain soal masuknya Inggris ke tanah Kalimantan adalah saat konfrontasi Indonesia-Malaysia di era Presiden Soekarno.

Aktifitas penambangan emas tanpa izian alais PETI tetap marak di wilayah singkawang Selatan, meski operasi penertiban sering dilakukan
Aktifitas penambangan emas tanpa izian alais PETI tetap marak di wilayah singkawang Selatan, meski operasi penertiban sering dilakukan.

Tim kecil pasukan Gurkha dari Angkatan Bersenjata Britania Raya —berada di pihak Malaysia— dikabarkan berhasil mengendap masuk menyebar propaganda hingga Sei Duri, Kabupaten Bengkayang.

Masa itu, Sei Duri adalah nama sungai yang menjadi tapal batas wilayah Kerajaan Sambas dengan wilayah Panembahan Mempawah. Kini, dijadikan nama kecamatan.

Namun fakta sejarah masuknya Gurkha tersebut masih simpang siur hingga sekarang. Diduga, dampak infiltrasi Gurkha ini turut berkontribusi pada G30S-PKI yang merupakan titik awal surutnya semangat perang ‘Ganyang Malaysia’ diiringi tumbangnya Orde Lama.

 

Singbebas

Singkawang, Bengkayang, Sambas atau disingkat Singbebas adalah wilayah utama Kesultanan Sambas di masa penjajahan Belanda dan Jepang. Pusat pemerintahan di Keraton Alwazikhubillah, di Kota Sambas.

Setelah Indonesia merdeka, tiga wilayah tersebut menjadi satu kabupaten, bernama Kabupaten Sambas. Pusat pemerintahan bergeser ke Kota Singkawang yang saat itu berstatus sebagai kota administratif (Kotif).

Pasca pemberlakuan Undang Undang Otonomi Daerah (Otda), terjadi pemekaran.

Ibukota Kabupaten Sambas kembali ke Kota Sambas, sementara Kabupaten Bengkayang yang baru saja berdiri beribukota di Kota Bengkayang.

Singkawang sendiri menjadi bekas ibukota yang ‘dipaksa’ setara kecamatan dalam wilayah Kabupaten Bengkayang.

Baru pada 2001 Kota Singkawang berhasil berdiri otonom dengan pusat pemerintahan di Kecamatan Singkawang Barat, saat itu bernama Kecamatan Pasiran.

Lokasi penemuan besi rongsokan mirip kapal di Kelurahan Sagatani, berada dalam wilayah Kecamatan Singkawang Selatan, sebelum tahun 2021 disebut Kecamatan Tujuhbelas.

Kelurahan Sagatani berbatasan dengan Desa Goa Boma, bagian Kecamatan Monterado Kabupaten Bengkayang yang hingga detik ini dikenal sebagai basis aktifitas PETI.[aku]

Banner 728309

Pos terkait

Ekowisata Serunting - Wisata Bengkulu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *