Tiga Orang Tewas di Sorong dan Lebih 3000 Keluarga Mengungsi Akibat Banjir

Situasi pascabanjir bandang di Luwu Utara (kiri), dan Tim SAR mengevakuasi korban banjir dan longsor di Sorong.
Situasi pascabanjir bandang di Luwu Utara (kiri), dan Tim SAR mengevakuasi korban banjir dan longsor di Sorong.

SORONG | KompolmasTV Bencana hidrometeorologi berupa banjir dan tanah longsor kembali menelan korban jiwa. Kali ini terjadi di Kota Sorong, Provinsi Papua Barat, Kamis (16/7/2020).

Banjir yang dimulai sejak pukul 21.35 WIT ini, dikabarkan telah mengakibatkan tiga warga setempat meninggal dunia.

Bacaan Lainnya

Pusat Pengendali Operasi BNPB mengabarkan, dua bencana ini dipicu hujan intensitas tinggi beberapa jam sebelumnya. Banjir melanda lima kecamatan, yakni Sorong Utara, Sorong Timur, Malaimsimsa, Sorong Barat dan Sorong.

Banjir juga mengakibatkan tiga warga lainnya luka-luka dan satu rumah sakit terendam.

Kapolda Papua Barat Brigjen Pol Turnagogo Sihombing melalui Kapolres Sorong AKBP Robertus A Pandiangan SIK MH mengonfirmasi, tinggi muka air antara 50 hingga 100 cm.

Beberapa akses jalan tidak dapat dilalui karena banjir dan longsor. Sementara dampak lain masih dalam pendataan.

Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Kota Sorong telah melakukan kaji cepat koordinasi dengan instansi terkait, seperti Basarnas, TNI dan Polri. Tim gabungan ini melakukan evakuasi korban dengan menerjunkan perahu karet.

Dilihat dari bahaya banjir berdasarkan InaRISK, empat kecamatan berada pada kategori resiko sedang hingga tinggi. Jumlah populasi terpapar bahaya ini mencapai 95.665 orang.

Sedangkan bahaya longsor, sebanyak lima kecamatan pada kateogri sama, dengan jumlah populasi terpapar sebanyak 5.492 orang.

Berdasarkan prakiraan BMKG terhadap hujan dasarian II-III Juli dan I Agustus 2020, wilayah Sorong masih berpotensi pada curah hujan menengah hingga tinggi.

Kondisi ini perlu disikapi oleh pemerintah daerah dan masyarakat setempat untuk tetap waspada dan siap siaga menghadapi potensi ancaman bahaya hidrometeorologi.

 

Luwu Utara Berduka

Sementara itu, Pusat Pengendali Operasi BNPB mencatat per hari ini, Jumat (17/7), pukul 17.30 WITA, lebih 3000 kepala keluarga (KK) mengungsi pascabanjir bandang di Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan.

Mereka berada di tiga kecamatan, yakni Sabbang, Baebunta dan Masamba. Jumlah penyintas tercatat BPBD Kabupaten Luwu Utara mencapai 3.627 KK atau 14.483 jiwa.

Jumlah ini belum termasuk mereka yang mengungsi di wilayah Kecamatan Baebunta Selatan, Malangke dan Malangke Barat. BPBD setempat masih melakukan pendataan di lapangan.

Penanganan darurat terhadap warga pengungsi dilakukan pemerintah daerah dibantu mitra terkait lainnya, seperti Palang Merah Indonesia.

Sebagian penyintas berada pada enam pos komando taktis di Radda, Masamba, Bone, Bone Tua dan Kantor Bupati Luwu Utara.

BPBD setempat mengidentifikasi kebutuhan mendesak untuk warga terdampak berupa air bersih, obat-obatan, pakain dalam wanita, popok Balita dan Lansia, selimut, sarung, peralatan pembersih rumah, family kits dan masker.

Data korban per hari ini (17/7), 36 orang meninggal dunia dan 16 lainnya dalam pencarian Tim SAR Gabungan di bawah komando Basarnas yang menerjunkan 539 personel, dengan total potensi SAR 1001 personel.

Pendataan sementara untuk kerugian material bangunan meliputi rumah terdampak 4.202 unit, mikro usaha 61, tempat ibadah 13, sekolah 9, kantor pemerintah 8, fasilitas kesehatan 3, fasilitas umum 2 dan pasar traditional 1.

Kerugian infrastruktur meliputi jalan terdampak sepanjang 12,8 kilometer, jembatan 9 unit, pipa air bersih 100 m, bending irigasi 2 unit.

Beberapa ruaas jalan poros, seperti Masamba-Baebunta dan jalan di Kecamatan Sabbang menuju Desa Malimbu masih tertimbun lumpur dan hanya dapat dilalui kendaraan roda dua.

Kerusakan jaringan pipa air bersih PDAM mengakibatkan suplai air sulit, bahkan PDAM masih belum beroperasi. Infrastruktur jaringan listrik belum semua beroperasi, terdapat beberapa titik masih padam. Sedangkan jaringan komunikasi belum stabil.

Perwakilan KompolmasTV Sulawesi Selatan melaporkan, banyak akses jalan yang masih belum dapat dilalui kendaraan. Banjir juga merusak lahan produktif berupa lahan pertanian dan persawahan seluas 460 hektar.

Sejauh ini, Tim Reaksi Cepat BPBD masih melakukan kaji cepat kebutuhan di lokasi yang terisolir. BPBD juga menerjunkan alat berat untuk membersihkan material lumpur, khususnya di akses jalan, sehingga dapat mempermudah distribusi bantuan dan mobilitas warga.

Di sisi lain, pemerintah daerah setempat masih terkendala alat berat untuk pembersihan material lumpur maupun kendaraan operasional untuk mendistribusikan bantuan logistik dan pengerahan sukarelawan.

Sebelumnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah memberikan analisis penyebab banjir bandang yang menerjang beberapa kecamatan, Senin (13/7) lalu. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mengidentifikasi beberapa faktor penyebab banjir tersebut.

Analisis tersebut berdasarkan citra satelit Himawari-8, menyebutkan hujan intensitas cukup lama sejak 12 Juli 2020 pukul 22.00 WITA hingga 13 Juli 2020 pukul 06.00 WITA.

Kemudian pada (13/7) sekitar pukul 13.00 WITA kembali terjadi hujan berintensitas lama hingga malam hari dan menjadi penyebab banjir bandang.

Menurut analisis tersebut, curah hujan membawa pengaruh signifikan sebagai pembawa material lumpur dan ranting pohon dari wilayah hulu sungai.

Selain itu, struktur geomorfologi dan geologi Kabupaten Luwu Utara menunjukkan wilayah hulu Sungai Sabbang, Sungai Radda dan Sungai Masamba merupakan perbukitan sangat terjal dan kasar.

Kondisi tersebut terbentuk dari patahan-patahan akibat proses tektonik di masa lampau.

Analisis Lapan menginformasikan, banyaknya patahan di wilayah ini menyebabkan struktur batuan atau tanahnya tidak cukup kuat mempertahankan posisi.

Kondisi ini menyebabkan mudah longsor, dan kalau terakumulasi dapat memicu banjir bandang.[rad/kim/nel]

Selamat HUT Bhayangkara ke-74

Pos terkait