Pasien Terusir dari RSUD hingga Meninggal Dunia di Atas Tandu Karung Plastik, Manfaat BLUD Dipertanyakan

Pasien terusir dari RSUD hingga meninggal dunia di atas tandu karung plastik, manfaat BLUD dipertanyakan
Pasien terusir dari RSUD hingga meninggal dunia di atas tandu karung plastik, manfaat BLUD dipertanyakan.

AZAS Manfaat pengeloaan anggaran pada Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) di RSUD Bengkayang bagi masyarakat setempat tengah disoroti serius banyak kalangan.

Hal ini menyusul tragedi tidak manusia menimpa Gotokng Jobok, pasien asal Dusun Medeng, Desa Sungkung II, Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat (Kalbar), pada Jum’at (19/1/24) lalu.

Bacaan Lainnya

Dia meninggal dunia di atas tandu terbuat dari karung plastik saat menempuh perjalanan pulang ke rumah, setelah “terusir” dari rumah sakit oleh ketidaksanggupan membayar biayai pengobatan.

Gotokng sempat menjalani rawat inap tiga hari empat malam di rumah sakit tersebut, kemudian terpaksa pulang dalam kondisi belum sembuh karena ketiadaan biaya melanjutkan pengobatan dan BPJS Kesehatan miliknya belum aktif.

Pasien dibawa pulang dari RSUD Bengkayang menggunakan mobil, berangkat jam 06.00 WIB.

Sekitar 26 kilometer sebelum tiba di rumah, perjalanan dilanjutkan berjalan kaki karena kondisi jalan tidak memungkinkan dilalui kendaraan roda empat.

Gotokng dibawa menggunakan tandu dari karung plastik dan bambu, dipikul bergantian sejumlah keluarga dan kerabat menuju Dusun Medeng.

Sekitar 2-3 jam perjalanan, Gotokng terlihat kaku tidak bergerak diatas tandu. Perjalanan dihentikan untuk mengecek kondisinya.

“Ternyata dia sudah tidak bernafas dan dinyatakan meninggal dunia,” terang keluarga pasien, Agus dalam keterangan tertulis diterima KompolmasTV Minggu (21/1) malam.

Gotokng meninggalkan dua anak yang masih kecil, yakni berusia 10 dan 3 tahun.

Tragedi ini pun memantik kekecewaan keluarga beserta segenap masyarakat Sungkung dan sekitarnya.

Sungkung Belum Merdeka

Ironisnya, tragedi serupa bukan pertama kali menimpa masyarakat Sungkung (I dan II) yang wilayahnya berbatasan dengan Sarawak Malaysia tersebut.

Hingga hampir 79 tahun Indonesia merdeka, Sungkung dengan nasionalisme masyarakatnya yang telah teruji sejak era penjajahan hingga konfrontasi Indonesia-Malaysia ini ternyata belum sepenuhnya merdeka.

Kawasan strategis ini terlupakan di tengah ambisi pemerintah membangun jalan tol dari dasar laut hingga ke langit.

Sungkung masih terisolir oleh buruknya kondisi jalan, menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi terhambat, bahkan sangat sulit mencapai fasilitas kesehatan.

Gotokng Jobok ditandu keluarga dan kerabat menuju Dusun Medeng, Sungkung II
Gotokng Jobok ditandu keluarga dan kerabat menuju Dusun Medeng, Sungkung II. [Foto: Ist. Jurnalis warga]

“Warga Sungkung Komplek memohon sangat kepada pemerintah (legislatif dan eksekutif-red) termasuk Bupati Bengkayang dan Gubernur Kalbar agar membantu buatkan jalan,” pinta Agus.

Agar, sambung dia, warga Sungkung lepas dari penderita berjalan kaki bawa pasien 4 sampai 6 jam untuk berobat.

Hingga menjelang berita ini dipublikasikan, manajemen RSUD, Bupati Bengkayang dan pihak-pihak berkompeten lainnya masih dalam upaya dikonfirmasi soal azas manfaat BLUD di rumah sakit tersebut dan pembiaran pasien pulang sebelum sembuh.

Peta Sungkung
Peta Sungkung.

Dikutip dari laman bpk.go.id, BLUD adalah instansi di lingkungan pemeritah daerah yang memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

Sejauh ini, Kompolmas Kalbar masih berupaya meminta keterangan pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap kondisi jalan menuju Sungkung yang terkesan sengaja dibiarkan nyaris tidak tersentuh pembangunan selama hampir 8 dekade.

[jn/kiu]

Baca selengkapnya di GOOGLE NEWS KompolmasTV

Pos terkait